Pages

Dari Nmax Sampai Saldo Paxel dan Redbus

Sewaktu ikut Kelas Inspirasi Ponorogo Agustus silam, seorang relawan asal Bojonegoro terlihat asyik mengendarai Yamaha NMax berwarna hitam saat memasuki halaman parkir kantor desa tempat Refleksi dilaksanakan. Segera terbayang betapa nikmatnya bisa punya motor semigede itu sehingga Kelas Inspirasi di Jawa Timur bisa saya sambangi tanpa kendaraan umum. 

Namun setelah merenung kembali, saya urung menyimpan niat untuk memilikinya. Motornya memang terlihat gagah, mentereng, dan enak dikendarai untuk perjalanan jarak jauh. Kapasitas mesin dan desain bodi rasanya akan menyumbangkan pada kenyamanan selama berada di jalan. Alangkah nyaman berkendara sendiri tanpa harus direpotkan pesan tiket kereta atau tiket bus. Lebih murah dan lebih praktis. Tanpa harus ikut jadwal kendaraan umum. Bisa pulang kapan saja.

Kopi bikin tetap hepi.
Setelah gagal mencicipi kopi khas Ponorogo, saya lalu tak lagi tergoda punya motor Nmax. Apa sebab? Saya kira saya malah akan terlalu menyayanginya sehingga tak lagi tergerak untuk ikut kegiatan sosial dengan mengandalkannya. Alasan utamanya apa lagi kalau bukan isu keamanan. Mengendarai motor bagus jelas berpotensi mengundang orang jahat untuk merebutnya, misalnya. Apalagi saat cuaca hujan, saya bisa saja akan mencari alasan untuk malas berkendara. 

Cukup mahal

Itu salah satu alasan yang terbayang di benak. Alasan lain ya karena harga Nmax cukup mahal. Mungkin malah setara mobil bekas keluaran lama. Padahal fungsinya cukup terbatas, tanpa atap seperti kendaraan roda empat. Namun itu alasan pribadi yang membuat saya akhirnya tetap melirik transportasi umum.

Andalan utama tetaplah kereta. Karena lebih cepat dan nyaman, tanpa perlu menahan kebelet pipis. Di bus jarak pendek jarang disediakan toilet, keculi bus jarak jauh, tapi berimbas harga yang mahal. Seketika teringat bahwa saya mendapat saldo di Redbus untuk digunakan naik bus. Tapi ke mana? Belum ada tujuan. Coba bisa dipakai buat naik kereta, tentu lebih asyik.

Pada saat yang sama, saldo Paxel ratusan ribu juga belum bisa saya manfaatkan karena baru bisa digunakan di kota besar seperti Surabaya. Andaikan bisa dipakai, bakalan asyik deh pesan kopi yang stoknya makin menipis bisa jadi gratis dan cepat. Inilah sekelumit cerita yang mungkin tak penting. Jadi kangen ikut Kelas Inspirasi lagi. Bawa oleh-oleh kopi dan cerita menarik lainnya.

actioner

4 komentar:

  1. Hehehe saya pun tidak ingin punya motor semigede itu. Karena terlalu besar untuk badan mungil saya. Kalo mogok atau roboh, saya pasti kesulitan untuk membangunkannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya ya terutama harganya terlalu mahal, buat keperluan saja sekarang, hehe. Kebayang juga sih kalau mogok mesinnya atau ban bocor, bakalan berat dorong hihi.

      Hapus
  2. Somehow saya juga setuju dengan alasan nggak beli barang yang mewah atau semi-mewah karena keamanannya mas, hehehe. Yang penting hati tenang, ya nggak sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, selain itu uang bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih mendesak karena bukan orang kaya kan, hehe. Hati tenang mah cukup dengan ngopi sambil baca buku atau nulis blog ya hehe.

      Hapus

Instagram