Pages

Mengenal Hastira Soekardi, Perempuan Produktif di Balik Circle of Happiness

SIANG ITU tak terlalu terik, matahari sepertinya ingin memanjakan warga Cirebon--setidaknya itu yang saya rasakan begitu langkah kaki meninggalkan area Keraton Kasepuhan. Walau belum puas berkeliling, tapi sudah saatnya beranjak keluar sebab waktu makan siang semakin dekat. Untunglah hari itu saya ditemani seorang sahabat bloger asli Cirebon yakni Hastira Soekardi yang akrab saya panggil Mbak Tira. Jadi waktu tidak berjalan monoton atau membosankan.

Hastira Soekardi, dekat dengan anak dan peduli pada pendidikan karakter.

Dari keraton kami beralih ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang lokasinya masih dalam satu kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Tak heran jika desain bangunan seperti gerbang atau arsitektur masjid masih kental dengan nuansa kekeratonan. Warna gerbangnya merah, tak jauh dengan Masjid Merah Panjunan yang juga bernilai sejarah.

Gerbang Masjid Sang Cipta Rasa, Cirebon  

Sejak kopdar Desember 2018 itu, saya semakin sering mengikuti sepak terjang Mbak Tira, baik lewat blog maupun akun Instagram. Memang, di usia paruh baya dia ternyata punya segudang kesibukan. Bukan hanya mengampu beberapa blog aktif, tapi juga konsisten mengelola komunitas bernama Circle of Happiness (CoH). Saya pun tergerak untuk mengulik sosoknya untuk diangkat sebagai orang yang berani mengambil aksi, tanpa basa-basi atau mengobral janji, tepat seperti spirit blog ini yakni mengapresiasi people who do sebagaimana tecermin dalam nama domain, hudu.

  

Lingkaran kegembiraan untuk generasi masa depan

Dalam wawancara melalui WhatsApp, Mbak Tira menuturkan Circle of Happiness adalah komunitas yang diramaikan oleh anak-anak usia 3 - 6 SD. Dinamakan circle of happiness atau lingkaran kegembiraan karena ingin selalu menjadi media aktif untuk menebarkan kebahagiaan bagi anak-anak. Nah, untuk membantu saya memahami cita-cita CoH, dia pun mengirimkan logo komunitas ini.


 

"Jadi itu logo dari Circle of Happiness. Bentuk lingkaran artinya kegiatan akan selalu terus (dilakukan). Warna biru melambangkan keceriaan. Anak-anak bergandengan tangan artinya saling bersatu dalam perbedaan, kerja sama. Anak-anak tertawa, (berarti) kegiatan harus bikin anak gembira."

CoH dibentuk tanggal 29 Agustus 2015 oleh tiga orang, yakni Mbak Tira dan dua orang relawan yang ia kenal dari Kelas Inspirasi. Seiring berjalannya waktu, dua orang rekannya mengundurkan diri karena kesibukan masing-masing. Akhirnya Mbak Tira mengelola sendiri, dibantu oleh suami tercinta yang belum lama ini pensiun dini dari tempatnya bekerja. 

Berkreasi dalam seni bukan hanya mengekspresikan keindahan, tapi juga melatih kelembutan hati.

Circle of Happiness (COH) didirikan dengan maksud mendukung pembentukan karakter anak lewat berbagai kegiatan positif seperti memasak, kesenian, crafting, lingkungan, literasi, dongeng, pertunjukan, dan bahkan traveling. Saat berkegiatan di luar itulah Mbak Tira merasa perlu dibantu oleh relawan sebab ia tak mungkin meng-handle semuanya sendirian.

Akan tetapi, CoH juga mendukung kegiatan-kegiatan lainnya termasuk kegiatan akademik karena kegiatan mereka selalu diadakan pada hari Minggu mulai jam 9 pagi sampai jam 12 siang. Dengan demikian, jam belajar anak-anak di sekolah atau di rumah tak akan terganggu.

Pentingnya pendidikan karakter

Ketika saya tanya faktor apa yang melatarbelakangi dirinya membentuk CoH, ia mengaku terkesan dengan pengalaman selama masih mengajar di sebuah SMA Katolik. Pembelajaran di sekolah itu sangat mengesankan karena harus memuat pembentukan karakter. Ia menyadari bahwa pembentukan karakter ternyata sangat diutamakan di sana. Ketika ia memutuskan berhenti mengajar, ia lantas tergerak untuk bisa terus mengajar lewat komunitas CoH. 

Ia memilih mendirikan komunitas untuk anak berkat pengalaman mengikuti Kelas Inspirasi yang memang melibatkan banyak anak sekolah dasar. Ia percaya bahwa anak-anak akan lebih mumpuni jika pembentukan karakter dilakukan sejak dini. Itulah tujuan CoH akhirnya yakni ingin membentuk karakter anak lewat berbagai kegiatan kreatif dan positif sebagai bekal masa depan, termasuk life skill  seperti memasak.

Memasak bukan monopoli kaum putri, anak putra pun harus menguasainya.

Respons terhadap kegiatan Circle of Happiness 

Bagaimana dengan respons orangtua wali yang anak-anaknya ikut kegiatan CoH? Mbak Tira menjelaskan bahwa secara umum tanggapannya sangat positif. Dia sengaja memilih Desa Nanggela yang terletak di Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan karena ia memiliki rumah istirahat di sana yang kini disulap sebagai rumah kegiatan setiap pekan. Walau berukuran kecil dengan tipe 36, rumah itu masih bisa menampung 30 anak. Namun sejak pandemi jumlahnya dikurangi menjadi 16 anak demi menjaga jarak dan tentu saja tetap mematuhi anjuran protokol kesehatan. 

Kebanyakan orangtua anak yang belajar di CoH bekerja di luar kota, seperti Jakarta, Bekasi, atau Cikarang. Anak-anak biasanya hidup dalam pengawasan nenek atau paman mereka. Kondisi tersebut menciptakan masalah tersendiri sebab mereka jadi kurang dekat dengan orangtua kandung sehingga masalah pendidikan sangat kurang. "Dan menangani anak-anak yang seperti ini sulit karena mereka tak terbiasa tertib," tutur Mbak Tira serius. 

Anak-anak CoH tengah melakukan eksperimen ilmiah. 

Akhirnya banyak dari mereka yang tidak bertahan dalam CoH alias memilih keluar. Adapun anak-anak yang bertahan adalah anak-anak yang orangtuanya ada di rumah. Mereka merespons dengan sangat positif karena mereka memahami manfaat setiap kegiatan untuk anak-anak mereka. Mbak Tira menyayangkan karena justru anak-anak para pendatang yang lebih antusias mengikuti kegiatan lantaran mendapat dukungan penuh dari orangtua mereka. Miris dan sedih sebab awalnya ia menggagas kegiatan CoH untuk penduduk asli tapi kenyataannya pendatanglah yang malah lebih responsif. 

Kendala bukan seputar dana 

Kendala yang dihadapi CoH bukanlah soal biaya atau dana, melainkan sarana dan prasarana. "Misal saat kelas masak, mau tak mau pinjam garasi rumah tetangga. Belum kalau dibagi 4 kelompok, pinjam garasi orang atau rumah yang masih kosong. Ada beberapa orang yang kurang suka ada kegiatan ini sehingga banyak hal negatif yang ditujukan pada CoH." Penuturan Mbak Tira itu membuat saya terhenyak karena heran kenapa ada yang sewot dengan gerakan positif seperti CoH. 

Ketidaksukaan sejumlah orang terhadap CoH dipicu oleh sebuah insiden. Ada seorang anak yang ditegur karena ia membuat kegiatan kacau ketika sesi belajar di CoH berlangsung. Rupanya ia tak terima dan melaporakan kejadian itu kepada orangtuanya yang kebetulan menjabat sebagai kepala dusun. Dari situ menyebarlah hoaks yang intinya menjelekkan komunitas CoH. 

"Tapi ya aku biarkan saja, toh nanti bakal terlihat mana yang benar atau salah." Imbasnya, ada sejumlah anak yang tidak lagi mau belajar di CoH akibat hasutan yang beredar.

Bagaimana dengan respons pemerintah setempat dan guru-guru di sekeliling? "Sangat kurang," jawabnya singkat. "Jadi seperti berjalan sendiri," imbuhnya yang mengingatkan saya dan istri saat mengelola Saung Literasi di rumah kami dengan dukungan yang minim. Dia menceritakan bahwa  suatu hari CoH ingin melaksanakan gerakan pungut sampah di alun-alun Mandirancan dan mengajak masyarakat sekitar. Namun saat mengajukan izin ke pihak kecamatan, CoH malah dianggap meminta dana. Akhirnya kegiatan pungut sampah tetap dilaksanakan meski tanpa dukungan. 

Itulah sebabnya sampai saat ini setiap kegiatan dilakukan atas swadaya Mbak Tira. Kadang ada yang bersedia mengulurkan donasi tapi tidak sering. Mbak Tira mengaku ia tidak pernah menyebarkan permintaan dana karena kegiatan menyesuaikan kemampuan dana yang mereka miliki.  


Ingin perkenalkan dunia blogging

Ke depan Mbak Tira ingin agar anak-anak CoH mengenal kegiatan IT dan itu menuntut pemasangan jaringan Internet. Anak-anak CoH perlu diperkenalkan pada blog dan potensinya yang besar. Melihat rentang usia anak-anak yang aktif dalam CoH, mereka termasuk generasi Z yang memang sangat akrab dengan teknologi. Maka rencana Mbak Tira sangat relevan untuk membekali mereka dengan pengetahuan memadai agar tak tersesat di belantara maya yang sarat hoaks dan bahaya. 

"Harapan muluknya (bisa) punya tempat kegiatan yang luas, ada tempat kegiatannya, ada perpustakaan, ruang masak, ada ruang komputernya. Kalau enggak bisa ya CoH tetap eksis dengan segala kelebihan dan kekurangannya." Begitu pungkas Mbak Tira yang juga aktif mengajar cooking class di Yayasan Griya Kriya untuk teman-teman berkebutuhan khusus. Produktivitasnya terbukti karena selain anak-anak CoH, para ibu wali murid CoH juga mendapat pelajaran merajut agar mereka sama-sama berkembang seiring anak-anak yang terus belajar.

Untaian Kata Anak Desa Nanggela, kumpulan puisi anak-anak Circle of Happiness 

Semangat Mbak Tira juga terlihat dari diterbitkannya buku kumpulan puisi karya anak-anak CoH yang terhimpun dalam buku berjudul Untaian Kata Anak Desa Nanggela. Buku yang terbit tahun 2020 ini berisi ungkapan tulus anak-anak tentang pandemi, kelestarian alam, dan banyak hal yang dekat dengan kehidupan mereka.

Tentang Hastira Soekardi

Lahir dan besar di kota Bandung, Hastira Soekardi sudah diperkenalkan oleh orangtuanya pada buku sejak kecil sehingga tak heran jika hobi pertamanya adalah membaca. Minatnya pada dunia tulis-menulis tumbuh karena sewaktu aktif sebagai guru ia mendapat tugas mengampu ekstrakurikuler kreatif, salah satunya literasi. Untuk bisa memberi contoh pada siswa, maka ia pun belajar autodidak, lalu ikut beberapa lomba menulis yang kadang pesertanya anak sekolah, tapi itu malah menjadi media berlatih yang membuat kegiatan menulis sebagai kebiasaan. 

Hastira Soekardi, aktif dan produktif dalam banyak kegiatan.

Sudah banyak antologi yang ia hasilkan, baik berupa kumpulan puisi maupun cerpen. Novel pun pernah ia tulis, salah satunya fiksi anak tentang kisah detektif. Setelah tidak aktif mengajar di sekolah, ia mulai mengembangkan hobi crafting, salah satunya merajut yang juga ia bagikan kepada ibu-ibu anak di CoH. Kegiatan lain selain mengajar adalah berkebun. Ia meyakini bahwa mengajar akan terus menjadi prioritasnya, bukan hanya di komunitas CoH tapi di mana saja yang sekiranya membutuhkan kemampuannya.

Buku anak karya Hastira Soekardi yang diterbitkan Mizan (gambar: dokumentasi perpusnas)

Itulah profil Hastira Soekardi yang sangat inspiratif, hudu lovers. Selain sebagai ibu rumah tangga, ia  juga produktif sebagai seorang penulis, pegiat literasi, relawan sosial, dan bloger, juga Youtuber. Apakah Anda mengenal sosok lain seperti Mbak Tira di sekitar kita? Coba tuliskan di kolom komentar. Siapa tahu profilnya bisa ditampilkan di blog ini pada kesempatan berikutnya.

actioner

59 komentar:

  1. Wah luar biasa sibuknya ya Mba Tira mengelola komunitasnya. Dan nggak nyangkanya lagi, ternyata dia memilih Desa Nanggela di Mandirancan.

    Kampung saya juga di Kecamatan Mandirancan, tapi di Desa Randobawa Ilir. Eh ternyata tetanggaan yak...

    Ada saja ya kendalanya untuk hal kebaikan. Semoga selalu dilancarkan dan berkah untuk Mba Tira dan CoH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kang. Kenal Mbak Tira ya, memang dia sibuk banget. Ternyata asli Kuningan ya Kang Hendra? Terima kasih atas doa dan dukungan buat CoH, Kang. Sukses juga buat Kang Hendra.

      Hapus
    2. Aaamiiin 🤲🏻🤲🏻, do'a yang sama untuk Mas Rudi. Kenal di dunia maya aja, belum pernah ketemu juga.. hehehe

      Hapus
  2. Berdoa banyak2 biar CoH terus berkembang ke arah yang lebih baik, banyak penduduk terdekat yang minat, dan juga support dari mana saja. Kalau baca niat baik yang dinisiasi orang seperti Mbak Tira ini suka kebawa aura positifnya, sekalipun banyak agenda namun tetap ya misinya mulia dengan pembentukan karakter untuk anak2 melalui CoH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Kak. Semoga banyak orang di tempat lain yang meniru gerakan positif ini ya.

      Hapus
  3. misi yang mulia. semoga semakin banyak orang yang mengapresiasi kegiatan seperti ini.

    BalasHapus
  4. Saya berteman juga dengan Mbak Tira di facebook. Mbak Tira selalu mampir juga ke blog saya. Tapi saya baru tahu Mbak Tira punya CoH ini. Dan keren sekali.
    Semoga ke depannya semakin maju dan berkembang lain. Semoga juga ada bantuan dari pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Misalnya ada bangunan serbaguna yang luas, jadi aktivitas bisa dilakukan dengan maksimal. Tidak menumpang garasi tetangga saat kelas memasak misalnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas. Semoga ada banyak dukungan sehingga bisa lebih berkembang dan manfaatnya menjangkau lebih banyak anak.

      Hapus
  5. Ibu Hastira keren, ya. The next Ibu Kita Kartini nih. Semangat juangnya sungguh luar biasa. Ide-ide nya juga sangat bermanfaat bagi sekitar.

    Sehat terus ya, bu ��

    BalasHapus
  6. misi yang super mulia, membentuk karakter anak lewat Circle of Happiness, demi masa depan anak yang lebih cerah dan beneran memberikan impact luar biasa. sampai ada bukunya segala

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas. Komunitas CoH memang serius digarap, sampai punya buku sendiri. Semoga anak-anak yang belajar di sanabisa tumbuh sehat dan bermanfaat untuk masyarakat kelak.

      Hapus
  7. Blog daku pernah dikunjungi oleh mama Tira, hehe.
    Salut dengan konsistennya dalam dunia literasi ini, apalagi telah menginfluence banyak orang juga, karena dunia literasi memang harus terus dikenbangkan. Semoga makin banyak lagi di sekitar kita seperti yang beliau lakukan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul,Kak. Dunia literasi bisa menjadi fondasi bagi anak-anak untuk mencapai kesuksesan, ditunjang pendidikan karakter yang sangat diperhatikan di CoH.

      Hapus
  8. Sosok Hastira ini sangat inspiratif ya kak, banyak hal baik yang sudah beliau lakukan untuk banyak orang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sangat inspiratif, terbuktibanget kan bahwa usia tidak bisa menghalangi kita berkarya. Kalau yang berumur saja bisa mengabdi lewat literasi, selayaknya kita juga mampu menirunya.

      Hapus
  9. Wah, keren ya. Akan selalu ada Kartini di setiap jaman. Moga abis akan muncul lebih banyak lagi mbak Tira2 yg lain.
    Eh, iya. Kok aku baca artikelnya kepotong ya. Maksudnya tampilannya gak fullscreen gitu. Opo hape ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga yo, Mbak, makin banyak bermunculan pegiat sosial atau literasi yang memberi dampak positif untuk masyarakat di mana pun. Kalau dibaca pakai hape sepertinya memang jadi begitu.

      Hapus
  10. Aku baru tahu makna di balik HUDU. Kereen ih.
    Mbak Tira ini inspiratif banget ya. Bahkan nggak lelah beraksi meski banyak yang nggak support. Aku kok seringnya udah menyerah di tengah jalan ketika punya plan sejenis, tapi pihak di sekitar nggak mendukung. Harus banyak-banyak dari mbak Tira nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dia tetap semangat walau dukungan tak sesuai harapan. Layak dijadikan teladan untuk meningkatkan kemajuan masyarakat.

      Hapus
  11. CIrcle of HAppines, luar biasa kak. TErharu dengan orang-rang seperti ini yang memperjuangkan kebagahiaan anak-anak. KArena semua berawal dari anak ya.

    Semoga next anak-anak pada bisa belajar blog dan berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo kita doakan dan semangati diri kita agar bisa meniru walaupun kecil untuk sekeliling kita, Kak.

      Hapus
  12. semoga misinya sukses karena ini sangat mulia. sangat inspiratif banget ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamin, semoga doanya terwujud ya Kak, karena doa yang baik insyaallah dikabulkan dan akan kembali kepada yang mendoakan.

      Hapus
  13. Wah bagus nih program kreativitas anak, mereka mang butuh fasilitas seperti ini untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Kita butuh banyak komunitas seperti Circle of Happiness karena sangat dekat dengan anak dan membantu membangun life skill mereka.

      Hapus
  14. Masya Allah kerennya beliau. Bahkan Circle of Happiness bergerak atas swadaya beliau sendiri. Tetap terus berjalan walau dua teman meninggalkannya dan kini dibantu oleh suami yang pensiun dini. Semoga apa apa yang beliau lakukan, menjadi berkah dan banyak yang melihatnya dengan lebih positif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, Kak. Pengalaman Mbak Hastira bersama CoH membuktikan bahwa banyak kegiatan positif yang bisa kita kerjakan meskipun minim dukungan. Semampunya saja, tanpa memaksakan diri dari segi dana atau suasana. Yang penting jalan dan memberi manfaat meskipun mungkin terasa belum signifikan.

      Hapus
  15. Selalu meleleh kalau baca cerita dan sosok inspiratif. Makin yakin, dunia tidaklah sebobrok yang digembor2kan, nyatanya di setiap sudut bumi selalu saja ada sosok2 pejuang seperti ini. Thanks mba, sudah menulis tentang ibu Hastira. Sangat memotivasi n menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Kak. Selalu ada hati penuh cahaya yang ingin memijarkan semangat anak-anak sesuai kemampuan mereka. Yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk beraksi, the courage to act. Those who do are those we need to support!

      Hapus
  16. omg ini profil mbak Tira ya mas
    aku baru tahu, padahal sering blogwalking bareng
    sungguh inspiratif ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Inspiratif dan layak kita sebarkan agar lebih banyak orang yang tahu dan menirunya.

      Hapus
  17. Saluut dengan sepak terjang Mbak Tira. Kereen ya, semua aktivitasnya bisa jadi inspirasi bagi perempuan lainnya.
    Semoga CoH bisa terus berkembang dan bermanfaat untuk orang banyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Kak, untuk doa dan dukungannya. Inilah bukti bahwa wanita punya kekuatan hebat dan tak bisa dipandang sebelah mata.

      Hapus
  18. Mbak Hastira.. Menginsirasi banget sih. Sibuk sama komunitas tapi masih bisa totalitas. Semoga kita bisa mengikuti jejak mbak Tira dengan Circle of Happiness lainnya di daerah di seluruh Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intinya, semua akan menemukan jalan jika kita lakukan dengan keseriusan dan kekikhlasan, Kak. Ya memang jalan tidak selalu mudah, tapi bisa kita taklukkan dengan semangat berbagi dan bekerja sama. Yuk kita tiru!

      Hapus
  19. Wah jadi kangen ma mbak tira sosok yang luar biasa mrnurutku.makin bertambah usia makin menginspirasi...sukses terus mbak tira dengan circle hapinessnya...aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sudah pernah ketemu rupanya, Mbak Khairiah! Terima kasih untuk doa dan dukungan buat Circle of Happiness.

      Hapus
  20. Kegiatan yang sangat mulia sekali bun, Memperkenalkan blog ke anak lebih awal itu jauh lebih baik agar mereka mengerti mengenai sebuah media. Atau bahkan banyak juga yang menjadi orang sukses yang di mulai dengan menjadi blogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget, Kak. Dunia digital, terutama blog, punya potensi yang besar untuk dimanfaatkan anak-anak, jadi sayang kalau mereka tak dibekali kemampuan ini. Siapa tahu ada yang menjadi penulis hebat dan influencer yang menebarkan pengaruh positif di masa depan.

      Hapus
  21. Saya tau ibu Tira tapi tak sejauh ini. Saya taunya beliau cuma seorang guru dan blogger. Beliau sering mampir dan meninggalkan komentar bermanfaat di blog saya. Ternyata beliau perempuan inspiratif. Salut deh buat Bu Tira. Bangga nengenal beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kak. Beliau aktif menulis dan rajib blogwalking ya, ternyata punya segudang kegiatan.

      Hapus
  22. wah asik ada kegiatan masak bersama :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biar bisa jadi bekal saat dewasa nanti, Kak, karena memasak sangat diperlukan dan bahkan bisa jadi sumber pemasukan.

      Hapus
  23. Cerita ginian biasanya memang menginspirasi banyak orang, dan gak semudah itu bisa mencapai keberhasilan laiknya kini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bli. Butuh konsistensi dan niat baik untuk bisa bertahan dalam aktivitas sosial seperti Mbak Tira dalam Circle of Happiness. Ayo tiru juga :)

      Hapus
  24. wah wah, ini mimpinya istri saya juga mengelola sebuah wadah bermain dan belajar, tapi setelah punya bayi perencanaannya buyar, semoga deh saya forward profil bunda Tira ini jadi semangat kembali dan menginspirasi istri untuk mengeksekusi rencana yang tertunda.

    semangat dan terus menginspirasi banyak orang bunda Tira. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga sepenggal kisah positif Mbak Tira bisa menginspirasi istri Mas Yoga untuk dapat mewujudkan mimpinya kelak.

      Hapus
  25. Mba Hastira keren sangaaattt!
    Inspiring sosok beliau yak
    Btw, kalo di Rungkut Surabaya, sosok inspiratif salah satunya tuh Bu Sum, yg pernah dpt hadiah umroh dari temenku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Aku yang masih mudah merasa malu sebab enggak bisa konsisten mengeloa Saung Literasi. Ujiannya memang kesabaran seiring berjalan waktu. Semoga makin banyak sosok seperti Mbak Tira dan Bu Sum ya.

      Hapus
  26. sedih sekali mendengar ceritanya mba tira ini kurang datang dukungan dari masyarakat yaa. Saya juga punya keinginan untuk mendirikan lembaga seperti itu suatu saat ini. Ah iya memperkenalkan dunia blog juga, biar literasi digitalnya lebih terasah juga yaa. Di kampung pekerjaan kayak gini emang masih dianggap sebelah mata nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Kak. Pekerjaan di ranah digital belum mendapat respons yang antusias dari masyarakat, bahkan pihak terkait seperti pemerintah kecamatan sebagaimana disebutkan Mbak Tira dalam tulisan. Namun salut banget dengans semangatnya yang enggan redup meski terhalang banyak rintangan. Seoga semakin tumbuh banyak sosok mulia seperti beliau di daerah lain.

      Hapus
  27. Mbak Tira memang sosok yang sangat menginspirasi. Di tengah kesibukannya, dia masih memperdulikan pendidikan anak di desa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Layak jadi panutan, Mas. Bukan hanya ajek melatih dan membimbing anak-anak di desa, tapi juga membara semangatnya dengan rela merogoh kocek sendiri untuk membiayai berbagai kegiatan Circle of Happiness.

      Hapus
  28. Mbak Tira ini keren banget ya kak, sosok yang sangat inspiratif yang bisa dijadikan contoh buat kita nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk kita tiru semangatnya yang tak kenal menyerah, Kak. Ya tidak harus bikin komunitas seperti Mbak Tira, tapi bisa lebih kecil dan sporadis untuk membantu sesama.

      Hapus
  29. Mbak Hastira ini baik banget memang, beberapa kali komen di blog saya. Kegiatan beliau sangat menginspirasi. Makasih sudah sharing, Mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, ia sangat produktif padahal usianya tak lagi muda. Makanya sangat layak kisahnya disebarkan. Terima kasih sudah main ke sini ya. Salam kenal. :)

      Hapus

Instagram