Pages

Tiga Kesalahan Perantau

Merantau sangat populer di Indonesia. Dengan banyaknya suku dan luasnya wilayah geografi di seluruh Nusantara, tak heran jika dorongan merantau sangat besar. Banyak peluang yang bisa didapatkan dengan meninggalkan kampung halaman. Selain uang yang biasanya menjadi incaran utama, akan muncul teman baru dan jaringan yang memperkuat kehidupan di lokasi yang dituju.

Seorang perantau tengah melayani pelanggan yang membeli bubur ayam. 

Alasan orang merantau

Berbicara tentang perantauan, biasanya pembaca di Tanah Air akan menyitir syair yang digubah oleh Imam Syafi'i yang sudah sangat masyhur. Syair ini menjadi semakin populer ketika dikutip oleh  A. Fuadi dalam salah satu novelnya "Negeri 5 Menara". Kita lihat bagaimana bunyi syair indah dan menggugah tersebut.


Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.

Tinggalkan negerimu dan hidup asing  (di negeri orang).


Merantaulah…

Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.


Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..

Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.


Sungguh sangat memikat bukan syair gubahan sang mujahid tersebut? Begitu kuat pesannya sehingga orang yang membaca akan tergerak untuk merantau ke negeri seberang. Begitu indah bahasanya sehingga pembaca akan terhibur dan bangkit penuh semangat bahkan sekadar membaca larik-larik syairnya.

Kesalahan perantau

Namun tak jarang terjadi kesalahan yang perantau lakukan. Kesalahan itu mungkin tak sengaja terjadi, atau berada di luar kendali mereka karena beberapa sebab eksternal, misalnya karena alasan keluarga.

1 | Malas bekerja

Kalau mau sukses, tentu saja harus mau bekerja. Banyak perantau mengalami kegagalan bukan karena tidak punya skill yang dibutuhkan, melainkan lantaran ketidaksanggupan bekerja dengan ulet dan sabar. Tak mungkin kesuksesan diraih jika mindset-nya masih sama seperti masih tinggal di daerah asal. 

2 | Menyalahkan persaingan

Kesalahan kedua yang biasa perantau lakukan adalah semerta-merta menyalahkan orang lain yang berada dalam lingkup persaingan. Padahal ketika memasuki sebuah kota atau daerah baru, kita mestinya menyiapkan diri dengan bekal kemampuan dan mungkin dana untuk bersaing dalam merebut peluang atau menciptakan peluang baru.

3 | Kembali ke kampung halaman

Kesalahan terakhir yang perantau tak sadari adalah ketika mereka kembali ke kampung halaman. Mereka yang tadinya makmur saat tinggal di kota mendadak harus memulai semuanya dari titik nol karena perbedaan fasilitas dan minimnya peluang di daerah asalnya. 

Lebih-lebih masalah sosio-kultural yang bisa sangat mengganggu lantara si perantau sudah terbiasa dengan kebiasaan dan pola pikir di kota lalu begitu saja terbentur oleh fakta di daerah yang masyarakatnya belum terbuka atau punya mindset yang sudah tertinggal.  



  

actioner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram