Pages

Mental Pengemis dan Pikiran Serakah

Jalaluddin Rumi, sanga penyair Persia yang sangay kondang, pernah mengatakan bahwa siapa pun yang mendapatkan upah lebih dari apa yang dia lakukan sebagai pekerjaan, maka ia tak ubahnya seorang penjahat. Ia mestinya bekerja sesuai job desc yang ada, tetapi dia membelot dan mencari-cari cara untuk mengakali aturan sehingga dia bisa berleha-leha tanpa susah payah dengan tetap mendapat jaminan gaji atau bayaran.

Pesan Rumi sepertinya adalah sinyal penting untuk memperingatkan kita bahwa peluang untuk berbuat zalim sangat terbuka. Pada posisi apa saja, kita bisa berbuat khianat dengan tidak memberikan hak orang yang semestinya jadi bagian dari tanggung jawab kita. Kita menikmati seluruh proses itu dengan kebanggaan karena bisa mencederai hukum atau norma.

Orang serakah, selalu mengemis harta, ibarat tanah tandus tanpa siraman air.

Serakah dan mengemis

Itulah tanda bahwa seseorang sudah dirasuki nafsu serakah. Dia ingin mendapatkan rezeki dan kekayaan dengan cara mudah walau harus mengorbankan kepentingan orang lainnya. Dia bermaksud hidup bahagia tapi tak segan menelikung atau memakan jatah orang yang bukan haknya. Jiwanya keropos dan berkabut akibat sumbatan keserakahan.

Pikirannya mampet, hanya berkutat pada uang, duit, dan harta akibat mental pengemis yang ia pelihara. Dia menikmati dirinya menjadi penipu secara sengaja. Tak ada penyesalan karena telah menilep hak atau mencaplok peluang orang. Dia selalu bersemangat untuk terus menumpuk kekayaan walau yang dia punya sebenarnya sudah cukup.

Inilah mental pengemis sebenarnya, yakni ketika dirinya sudah mampu dan cukup tetapi masih tak malu mengharapkan pemberian orang lewat subsidi pemerintah atau aneka tunjangan yang sebenarnya salah sasaran. Mental menjijikkan, bagai benalu yang merusak dirinya dana menular kepada lingkungan kalau tidak ditumpas dengan tindakan tegas.

Semoga kita bukan. 

actioner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram