Pages

Keju Indrakila Kreasi Novi Ciptakan Akselerasi Ekonomi Bagi Warga Boyolali

KETIKA MENDENGAR kata keju, negara yang terbayang sebagai produsen terkemuka di dunia adalah Italia atau mungkin Perancis. Namun, tak banyak yang tahu bahwa salah satu negara dengan produksi keju terbesar di dunia adalah Jerman yang berada di peringkat kedua setelah Amerika Serikat. Keju kian digemari di seluruh dunia sebab selain kaya kalsium, lemak, dan protein–keju juga membuat makanan menjadi lebih gurih dan nikmat bahkan ketagihan dengan berbagai penerapan.

Keju kreasi Novi yang membuat warga sejahtera (Dok. Keju Indrakila)

Hal itulah yang menggerakkan Novi, sapaan akrab Noviyanto, untuk mengolah susu sapi di daerahnya menjadi keju yang terbukti lebih menguntungkan. Boyolali selama ini sudah kondang sebagai kota susu di Jawa Tengah. Berkat tangan dingin Novi, para peternak sapi perah di Boyolali pun menikmati buah ikhtiarnya setelah pabrik pengolahan didirikan. Tak ada kekhawatiran berlimpahnya susu segar dari ternak mereka terabaikan akibat gagal diserap pasar.

Tekad mengolah susu jadi keju


Secara geografis, Boyolali diapit oleh Gunung Merapi dan Merbabu sehingga kesejukan alami pun tercipta, menjadikan wilayah ini sangat tepat dimanfaatkan sebagai lahan peternakan sapi perah. Pasokan air yang berlimpah dan ketersediaan pakan ternak alami kian membuat kabupaten ini ideal untuk memelihara ternak secara produktif.

Akan tetapi, fakta berbicara lain. Susu segar yang dihasilkan oleh ternak setempat rupanya belum bisa diolah secara maksimal. Padahal jika ada sedikit inovasi, maka khazanah lokal ini bisa mendongkrak ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan warganya. Maka Novi bersyukur telah dipertemukan dengan Benjamin Siegl, yakni tenaga ahli asal Jerman yang ditugaskan dalam proyek Deutscher Entwicklungs Dient (DED).

DED yang merupakan lembaga nirlaba asal Jerman menugaskan Benjamin untuk memberikan pelatihan seputar pemanfaatan susu di wilayah Boyolali di mana Novi berperan sebagai penerjemah. Pengalaman selama tiga tahun mendampingi Benjamin akhirnya mendorong lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini untuk menggagas solusi atas berlimpahnya susu sapi yang banyak dihasilkan di tempatnya.

Noviyanto bersama Benjamin Siegl yang berjasa (Foto: dok. Indrakila)

Dengan volume produksi setidaknya 130 ribu liter susu sapi segar per hari atau setara 48 juta liter per tahun, bisa dibayangkan betapa besar potensinya. Karena harga jual susu cenderung fluktuatif, KUD (Koperasi Unit Desa) setempat pun kadang kewalahan menampung susu dari para peternak. Di satu sisi, industri pengolahan susu sulit menyerapnya, tapi di sisi lain kondisi overproduksi tak jarang menuntut peternak untuk membuang ratusan liter susu per hari yang berarti kerugian.
Ia melihat hal ini sebagai peluang. Dengan antusias ia pun mengusulkan kepada pemerintah setempat tentang rencana pengolahan susu menjadi keju. Ia menuturkan, susu berkualitas bagus bisa diolah menjadi keju sementara susu berkualitas rendah menjadi yoghurt, karamel, permen, sabun atau produk turunan lainnya. Intinya, inovasi ini akan memunculkan nilai tambah secara ekonomis ketimbang dijual dalam bentuk susu segar yang belum terserap cukup baik.
Namun, dengan alasan belum adanya pasar yang menjanjikan untuk keju, gayung pun belum bersambut. Usulan yang dimentahkan bukan berarti kegagalan. Dengan tekad mengangkat harkat dan ekonomi warga setempat, ia lantas menggandeng sejumlah teman dan peternak sapi di Boyolali, untuk mendirikan Koperasi Simpang Usaha (KSU) Boyolali pada 2009. Novi optimistis karena mendapat dukungan moril dan pengetahuan dari Benjamin yang tetap menjalin hubungan baik kendati telah kembali ke Jerman.

Keju Indrakila mengadopsi spirit Arjuna

Dari koperasi tersebut lahirlah pabrik keju bernama Indrakila dengan dukungan teman-temannya yang berjejaring dalam Forum for Economic Development and Employment Promotion (Fedep) Boyolali. Berdirinya pabrik keju tersebut menjadi angin segar bagi masa depan peternak di kota yang dijuluki "New Zealand van Java" ini.

Keju Indrakila, nama yang membawa berkah bagi semua (Dok. IG Indrakila)

Indrakila dipilih sebagai nama merek karena dinilai memiliki energi kesuksesan. Indrakila adalah gunung tempat Arjuna mengasingkan diri dan bertapa guna memohon petunjuk dewa serta meminta senjata ampuh sebagai bekal bertempur dalam Perang Bharatayudha. Lewat Indrakila, Novi berharap agar pabrik keju yang ia kelola bersama timnya akan menjadi senjata pembuka rezeki dan pembawa manfaat seluas-luasnya, terutama bagi para peternak sapi perah yang ada di daerahnya.

Benjamin Siegl pun merestui penggunaan nama tersebut sebab dianggap mudah diucapkan oleh orang asing. Tak berhenti di situ, Benjamin juga berjasa karena telah memperkenalkan keju Indrakila kepada rekan-rekan atau koleganya yang berkewarganegaraan asing. Pamor Indrakila pun perlahan naik ketika tahun 2012 keju produksinya mulai menyambangi para ekspatriat yang memiliki usaha restoran dan kafe di Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Bali. Kalangan ekspatriat menggandrungi keju buatan Indrakila karena menggunakan 100% susu sapi sehingga lebih tahan lama ketika disimpan dalam kulkas. Yang tak kalah unik tentu saja cita rasa khas sebab bahan bakunya disuplai oleh peternak di sekitar pabrik sehingga terasa fresh

Pekerja di pabrik Keju Indrakila (Dok. lagilibur.com)

Dengan kapasitas produksi mencapai 100 kilogram keju per hari yang diolah dari 1.000 liter susu sapi segar, pangsa pasar Indrakila pun meningkat. Dibanding tahun 2010 dengan volume produksi 10 kilogram dari 200 liter susu sapi per hari, tentulah angka ini patut disyukuri. Lancarnya penjualan dan meluasnya pasar berarti akan ada akselerasi ekonomi bagi para peternak sapi di Boyolali. Semua berkat keberanian Novi melangkah, ketekunannya belajar, dan kerja keras bersama tim dalam meramu produk. Boleh dibilang spirit perjuangan Arjuna telah menginspirasi mereka untuk menyalakan optimisme dalam bekerja.

Astra dukung Novi semakin maju

Dari kerja keras itu, kapasitas produksinya pun terus meningkat hingga tiga kali lipat dibanding tahun pertama saat usaha dimulai. Berkat keuletan dan tekad untuk memajukan kesejahteraan peternk di daerahnya, Noviyanto pun diganjar dengan apresiasi bergengsi, yakni SATU Indonesia Awards tahun 2012 untuk bidang kewirausahaan. Kepedulian dan sumbangsih yang diberikan oleh Novi patut menjadi contoh betapa setiap orang, terutama pemuda, bisa berdaya dan memberdayakan potensi lokal demi kesejahteraan di tempat masing-masing.

Kiprahnya layak dicatat sebagai pendar semangat untuk memajukan daerah dengan ciri khas daerah yang bisa dikulik dan dikreasikan. Jika muncul banyak Noviyanto lain, maka kita optimistis Indonesia akan menjadi negeri yang rakyatnya sejahtera berkat andil anak-anak muda setempat tanpa berkutat pada keluhan atas keterbatasan. Semangat ini harus dipelihara untuk merawat Indonesia masa kini dan nanti.

Noviyanto bersama produk kreasinya, juga piala Satu Indonesia Awards (Dok. kangmasroer.com)

Selama sepuluh tahun beroperasi, setidaknya ada sembilan varian keju yang telah ia hasilkan, antara lain, mozzarella fresh, feta blackpaper, feta olive oil, mountain original, dan boyobert. Dengan variasi harga mulai Rp125.000 sampai Rp204.000 per kilo, ditambah paket penjualan variasi produk lain, maka hasil yang didapatkan pun sangat memuaskan. 

Seiring dengan larisnya produk buatan Keju Indrakila, maka meningkat pula pendapatan para peternak sebab Novi berkomitmen untuk membeli susu segar terbaik dengan harga lebih tinggi dibanding pabrik lain. Dengan cara ini, Novi menawarkan win-win solution. Selain mendapat bahan baku untuk menciptakan keju bermutu tinggi, ia pada saat yang sama dapat menyejahterakan peternak sapi di Boyolali.

Menutup tulisan sederhana ini, ada banyak manfaat yang ditebarkan dengan kehadiran Keju Indrakila yang digagas oleh Noviyanto. Omzet 200 juta per bulan berarti kesejahteraan bagi peternak setempat. Pendapatan yang besar ini akhirnya bisa dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan tinggi anak-anak muda di Boyolali sehingga profesi sebagai peternak sapi akan terus mengalami regenerasi, bukan malah terpinggirkan atau dilupakan karena dianggap kurang menjanjikan.

Selain itu, lapangan keja pun terbuka sehingga pekerja lokal bisa terserap tanpa harus urbanisasi. Yang tak kalah penting adalah imbas manfaat yang meluas. Dengan dukungan Astra, Noviyanto bukan hanya mengembangkan usahanya di Boyolalui, tetapi juga melebarkan sayap pada usaha serupa untuk para peternak di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Dari Novi kita belajar tentang semangat bertahan saat pandemi juga spirit menebarkan manfaat lewat pemberdayaan bukan menyalahkan keadaan atas kurangnya lapangan pekerjaan atau rendahnya pendapatan.

actioner

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram