Merantau sangat populer di Indonesia. Dengan banyaknya suku dan luasnya wilayah geografi di seluruh Nusantara, tak heran jika dorongan merantau sangat besar. Banyak peluang yang bisa didapatkan dengan meninggalkan kampung halaman. Selain uang yang biasanya menjadi incaran utama, akan muncul teman baru dan jaringan yang memperkuat kehidupan di lokasi yang dituju.
Seorang perantau tengah melayani pelanggan yang membeli bubur ayam.
Alasan orang merantau
Berbicara tentang perantauan, biasanya pembaca di Tanah Air akan menyitir syair yang digubah oleh Imam Syafi'i yang sudah sangat masyhur. Syair ini menjadi semakin populer ketika dikutip oleh A. Fuadi dalam salah satu novelnya "Negeri 5 Menara". Kita lihat bagaimana bunyi syair indah dan menggugah tersebut.
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.
Sungguh sangat memikat bukan syair gubahan sang mujahid tersebut? Begitu kuat pesannya sehingga orang yang membaca akan tergerak untuk merantau ke negeri seberang. Begitu indah bahasanya sehingga pembaca akan terhibur dan bangkit penuh semangat bahkan sekadar membaca larik-larik syairnya.
Kesalahan perantau
Namun tak jarang terjadi kesalahan yang perantau lakukan. Kesalahan itu mungkin tak sengaja terjadi, atau berada di luar kendali mereka karena beberapa sebab eksternal, misalnya karena alasan keluarga.
1 | Malas bekerja
Kalau mau sukses, tentu saja harus mau bekerja. Banyak perantau mengalami kegagalan bukan karena tidak punya skill yang dibutuhkan, melainkan lantaran ketidaksanggupan bekerja dengan ulet dan sabar. Tak mungkin kesuksesan diraih jika mindset-nya masih sama seperti masih tinggal di daerah asal.
2 | Menyalahkan persaingan
Kesalahan kedua yang biasa perantau lakukan adalah semerta-merta menyalahkan orang lain yang berada dalam lingkup persaingan. Padahal ketika memasuki sebuah kota atau daerah baru, kita mestinya menyiapkan diri dengan bekal kemampuan dan mungkin dana untuk bersaing dalam merebut peluang atau menciptakan peluang baru.
3 | Kembali ke kampung halaman
Kesalahan terakhir yang perantau tak sadari adalah ketika mereka kembali ke kampung halaman. Mereka yang tadinya makmur saat tinggal di kota mendadak harus memulai semuanya dari titik nol karena perbedaan fasilitas dan minimnya peluang di daerah asalnya.
Lebih-lebih masalah sosio-kultural yang bisa sangat mengganggu lantara si perantau sudah terbiasa dengan kebiasaan dan pola pikir di kota lalu begitu saja terbentur oleh fakta di daerah yang masyarakatnya belum terbuka atau punya mindset yang sudah tertinggal.
Mengapa anak harus ikut bela diri atau martial art? Karena sangat banyak manfaatnya. Alasan pertama, dengan mengikuti kegiatan bela diri anak-anak bisa mendapatkan sarana untuk beraktivitas fisik sehingga akan membantu terjaganya kesehatan dan kebugaran badan. Mereka jadi punya alasan untuk tetap bergerak di era serbadigital ketika dorongan menggunakan gawai sangat besar.
Berlatih bela diri (martial arts) bisa membantu anak sehat dan menghadapi dunia luar.
Manfaat kedua ikut bela diri adalah memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bersosialisasi atau mendapatkan teman-teman baru. Aktivitas bela diri bisa menjadi kegiatan alternatif bagi mereka untuk mendapatkan lingkungan sosial yang baru selain sekolah apalagi ketika terjadi pandemi ketika anak-anak tidak bisa belajar di kelas maka mendapatkan teman-teman baru di tempat belajar bela diri akan menjadi solusi yang menguntungkan.
Manfaat ketiga, anak punya media untuk menyalurkan emosi. Tak jarang anak didorong oleh emosi yang meletup-letup yang berbahaya jika tidak dilampiaskan. Dengan berlatih jurus-jurus tertentu di bawah panduan seorang guru profesional, maka energi itu bisa disalurkan secara positif, yakni untuk membangun kematangan emosi dan kepercayaan diri.
Manfaat berikutnya belajar bela diri adalah anak jadi punya bekal untuk melindungi diri saat menghadapi kehidupan di luar sana. Dengan kemampuan bela diri, anak bisa menjalani hidup dengan keberanian sebab punya skill untuk melindungi dan pertahanan diri. Ke mana pun mereka pergi, setidaknya mereka merasa lebih aman karena terlatih dengan refleks gerakan.
Manfaat lain ikut bela diri yang tak kalah penting adalah memberi peluang bagi anak untuk berprestasi. Jika mereka serius menekuni bela diri yang diikuti, maka mereka punya kesempatan luas untuk merenda prestasi sesuai kategori yang diminati. Selain membanggakan daerah yang diwakili, jadi atlet berprestasi bisa mengundang peluang rezeki.
Banyak banget kan asalan mengapa anak harus ikut bela diri? Bagaimana menurut sahabat doers?
Jalaluddin Rumi, sanga penyair Persia yang sangay kondang, pernah mengatakan bahwa siapa pun yang mendapatkan upah lebih dari apa yang dia lakukan sebagai pekerjaan, maka ia tak ubahnya seorang penjahat. Ia mestinya bekerja sesuai job desc yang ada, tetapi dia membelot dan mencari-cari cara untuk mengakali aturan sehingga dia bisa berleha-leha tanpa susah payah dengan tetap mendapat jaminan gaji atau bayaran.
Pesan Rumi sepertinya adalah sinyal penting untuk memperingatkan kita bahwa peluang untuk berbuat zalim sangat terbuka. Pada posisi apa saja, kita bisa berbuat khianat dengan tidak memberikan hak orang yang semestinya jadi bagian dari tanggung jawab kita. Kita menikmati seluruh proses itu dengan kebanggaan karena bisa mencederai hukum atau norma.
Orang serakah, selalu mengemis harta, ibarat tanah tandus tanpa siraman air.
Serakah dan mengemis
Itulah tanda bahwa seseorang sudah dirasuki nafsu serakah. Dia ingin mendapatkan rezeki dan kekayaan dengan cara mudah walau harus mengorbankan kepentingan orang lainnya. Dia bermaksud hidup bahagia tapi tak segan menelikung atau memakan jatah orang yang bukan haknya. Jiwanya keropos dan berkabut akibat sumbatan keserakahan.
Pikirannya mampet, hanya berkutat pada uang, duit, dan harta akibat mental pengemis yang ia pelihara. Dia menikmati dirinya menjadi penipu secara sengaja. Tak ada penyesalan karena telah menilep hak atau mencaplok peluang orang. Dia selalu bersemangat untuk terus menumpuk kekayaan walau yang dia punya sebenarnya sudah cukup.
Inilah mental pengemis sebenarnya, yakni ketika dirinya sudah mampu dan cukup tetapi masih tak malu mengharapkan pemberian orang lewat subsidi pemerintah atau aneka tunjangan yang sebenarnya salah sasaran. Mental menjijikkan, bagai benalu yang merusak dirinya dana menular kepada lingkungan kalau tidak ditumpas dengan tindakan tegas.
Picking and packing adalah pekerjaan yang sangat populer di kalangan backpacker di Australia. Bisnis agrikultur sangat berkembang dan besar potensinya di Negeri Kanguru. Tak heran jika setiap musim petik dibutuhkan ribuan pekerja untuk memetik buah yang sudah ranum. Buah jeruk (citrus), mangga, blueberry, alpukat, dan anggur menjadi buah yang paling sering mencari pekerja lepas.
Pekerja yang melakukan pemetikan bisa dibayar setiap jam atau menurut jumlah petik/kotak yang berhasil dikumpulkan. Mereka yang berkemampuan fisik unggul disarankan memilih penghitungan menurut peti/kotak sebab upah yang akan diterima bisa lebih besar.
Dengan visa WHV kita bisa ikut memetik dolar Australia.
Memetik dolar dengan mudah
Peluang lain yang bisa dikerjakan untuk memetik dolar di Australia adalah bekerja sebagai stocktaker atau pengambil data di pabrik. Tugasnya melakukan entri data produk sesuai pesanan klien retail. Meskipun mudah, dibutuhkan ketelitian dan kecekatan untuk melakukan pekerjaa ini. Di ranah ini satu jamnya bisa dibayar 25 dolar Australia atau setara 250 ribu rupiah seiring kenaikan UMR di sana belum lama ini.
Jika ingin mencoba peruntungan lain, silakan menjajaki peluang di tempat penjagalan sapi. Mengingat Australia adalah negara dengan peternakan sapi terbesar di dunia, wajarlah jika industri perdagingan membuncah di sana. Seorang teman pernah menceritakan pengalamannya yang menikmati pekerjaan di sebuah tempat penjagalan.
Pekerjaannya enak dan bayarannya lumayan, hanya saja tetap harus diirit dalam penguaran karena harga makanan di sana cukup mahal, termasuk buah-buahan. Solusinya bisa dengan membeli sembako mentah lalu dimasak sendiri. Begitulah kalau ingin ikut memetik dolar di Negeri Kanguru atau Australia.
Mengapa orang akhirnya menyerah? Banyak faktor yang melatarbelakanginya. Kenapa orang memilih untuk berhenti dan tidak melanjutkan apa yang selama ini kejar dan perjuangkan? Tidak sedikit penyebab yang mendorongnya bersikap begitu. Di antara berbagai sebab mengapa orang give up, setidaknya ada 16 hal yang bisa dituliskan sebagaimana saya sarikan dari Anna Vital.
salah satu alasan orang menyerah adalah tak sabar menjalani proses.
Alasan orang menyerah
Mengharap hasil yang cepat
Tidak percaya diri
Terlalu memikirkan masa lalu
Fokus pada kesalahan
Takut mengahadapi masa depan
Tak mau menerima perubahan
Tak memaksimalkan potensi
Fokus pada kelemahan diri
Yakin dunia harus melayaninya
Takut gagal
Tak mampu membayangkan kemungkinan
Takut kehilangan
Terlalu ngoyo atau memvorsir
Merasa kasusnya istimewa
Memandang kegagalan sebagai titik berhenti
Mengasihani diri sendiri
Pernahkan Anda merasakan salah satu atau bahkan seluruh gejala tersebut, teman-teman? Apa yang kalian lakukan untuk mengatasinya? Apakah sekarang masih suka menyerah atau sudah berubah?
Buku-buku bagus terus ditulis tapi bagaimana dengan kualitasnya? Beragam tema dan topik digarap dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Tak terkecuali dalam dunia bisnis dan ekonomi. Ada beberapa buku yang menurut saya bagus sehingga cocok dikonsumsi bagi para pebisnis baik profesional maupun pemula. Intinya buku-buku ini bisa dibaca oleh semua kalangan yang ingin serius menggeluti bisnis atau menumpuk kekayaan dari usaha.
Buku-buku seputar bisnis untuk memicu kesuksesan usaha.
1 | The Millionaire Mind
Thomas J. Stanley adalah seorang akademi yang meneliti puluhan orang sangat kaya atau miliarder di Amerika. Tom memaparkan hasil temuannya dengan data menarik betapa orang kaya sejati dan orang kaya wannabe sangatlah berbeda. Buku ini mengungkap apa rahasia para miliarder bisa menjadi seperti diri mereka sekarang.
2 | Speedwealth
Seperti namanya, "Speedwealth" yang ditulis T. Harv Eker membahas kiat-kiat praktis agar usaha kita cepat mengalami lompatan atau akselerasi yang signifikan. Eker memandu dengan pembahasan yang padat dan bernas disertai contoh yang menggugah. Sangat inspiratif karena Eker sendiri telah membuktikannya.
3 | Never Eat Alone
Buku karangan Keith Ferrazzi ini merinci pentingnya membangun jaringan sejak awal. Kita tak mungkin bisa sukses sendirian dan ketika sukses tak mungkin bisa bertahan jika tak membagikan hasil kesuksesan tersebut. Menikmati kekayaan sendiri tetap saja menyakitkan, maka berbagi adalah kunci.
4 | Success
Andrea Molloy adalah coach dan pebisnis asal Selandia Baru. Dia menyatakan bahwa kesuksesan bisa diwujudkan oleh siapa pun asalkan dia paham rahasianya. Sukses bukan impian, tapi bisa jadi kenyataan. Andrea memberikan panduan dan contoh yang jelas sehingga pembaca bisa mengikuti sarannya dengan cermat dan terukur.
5 | The Power of Kepepet
Buku terakhir ini ditulis oleh Jaya Setibudi atau akrab disapa Bang Jay. Pengagas Entrepreneur Camp ini sudah sering gulung tikar alias mengalami kebangkrutan usaha. Bahasanya provokatif, pendekatannya nyeleneh, dan tipsnya makjleb, tanpa tedeng aling-aling. Dia yakin membuka usaha itu mudah dan tak perlu nunggu kepepet. Namun kalau sudah kepepet, apa boleh buat?
Nah, bagaimana dengan sobat pembaca? Apakah punya judul buku lain sebagai inspirasi bagi pebisnis pemula?
MENYEBUT SUMEDANG, sebagian besar kita mungkin segera membayangkan tahu lembut yang gurih setelah digoreng dan dimakan. Sebuah produsen tahu susu bakso yang cukup kondang di Jogja pun mengaku belajar soal pembuatan tahu yang bagus dari pembuat tahu di Sumedang. Namun mungkin tak banyak yang tahu bahwa kota asal ubi madu Cilembu ini juga punya potensi lokal yang bernilai tinggi yakni hanjeli (Coix lacryma-jobi).
Namanya boleh jadi masih terdengar asing di telinga kita karena tanaman ini belum banya dikembangkan sebagai komoditas lokal yang bisa dijual. Saat disebutkan, hanjeli malah mungkin mengingatkan pada salah satu protagonis dalam film India Kuch Kuch Kota Hai yang menuai sukses besar belasan tahun silam. Itu dulu, sebelum hanjeli diketahui punya potensi profit. Kini di Kecamatan Wado, Sumedang,hanjeli mulai diburu orang karena menjanjikan keuntungan.
Pengganti beras yang naik kelas
Adalah Koperasi Warga Tani (KWT) Pantastik di Desa Sukajadi Kabupaten Sumedang yang mengajak para petani setempat untuk mau bertani dan mengolah hasil tanaman hanjeli atau jelai atau enjelai. Hanjeli diketahui memiliki kandungan karbohidrat sebesar 76,4%, sedangkan beras sebesar 87.7%. Fakta ini menegaskan bahwa hanjeli bisa dimanfaatkan sebagai pengganti bahan pangan pokok seperti beras yang selama ini kita andalkan.
Indonesia sebenarnya kaya dengan sumber karbohidrat yang mungkin tak dimiliki negara lain. Sebut saja sagu, ganyong, gembili, sukun, porang, hingga jelai atau hanjeli. Selain memetik banyak khasiat antara lain mengontrol kadar gula, menetralkan radikal bebas, mempercepat proses penyembuhan luka, dan menurunkan berat badan, dengan mengonsumsi jelai berarti turut menjaga keragaman bahan pangan lokal kita.
Dengan tekstur kenyal dan rasa seperti kacang, jelai memang mirip gandum yang banyak mengandung nutrisi sehingga disebut-sebut mampu menurunkan kadar kolesterol serta menyehatkan jantung. Tak heran dengan potensi manfaat sebanyak itu, sejak 2019 Dompet Dhuafa menjalin kerja sama dengan KWT Pantastik Desa Sukajadi dengan program bertajuk “Program Pengembangan Usaha Tanaman Pangan Lokal Hanjeli” di Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang.
Pengolahan hanjeli atau jelai menjadi aneka produk siap santap yang bergizi.
Para petani mengolah hanjeli atau jali-jali menjadi beragam produk seperti nasi (pengganti beras), tepung, opak, kerupuk, teng-teng, rengginang, sereal, brownies, dan aneka cookies atau kue basah lainnya. Singkat kata, potensi ekonomi jelai sangat menjanjikan jika digarap dengan serius untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan lewat zakat
Bisa dibilang hanjeli adalah pengganti beras yang sedang naik kelas, karena mudah ditanam dengan potensi yang sangat menjanjikan. Pengembangan hanjeli atau jelai di Wado Sumedang adalah wujud nyata betapa dana zakat bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat. Dompet Dhuafa bukan hanya menyalurkan dana zakat, tetapi juga menyediakan pendampingan bagi KWT Pantastik, mulai dari memfasilitasi pelatihan olahan hanjeli, proses produksi, distribusi hingga pemasaran.
Pohon jelai (kiri) dan olahan jelai berbentuk bubur siap santap (kiri) [Foto: dompetdhuafa.org]
Biji jelai lebih kecil dibanding bulir beras, akan tetapi saat diolah rasanya menyerupai nasi. Jelai atau hanjeli lebih dahulu dikenal pada masyarakat Dayak yang mengolahnya menjadi nasi jelai, bubur, dan kue. Dengan dukungan budidaya, produksi, dan pemasaran yang memadai, kita optimistis potensi lokal ini mampu menyejahterakan petani.
Salah satunya Ibu Jojoh, petani binaan KWT Pantastik, yang berharap bisa meraup tambahan penghasilan sebagai berkal berangkat ke Tanah Suci. Melihat obsesi Bu Jojoh, kita bisa menyimpulkan betapa hanjeli membawa harapan baru bagi petani yang mungkin selama ini jauh dari kata sejahtera. Jelai atau hanjeli menjadi bibit kemakmuran yang bisa mereka panen kelak.
Bu Jojoh bermimpi bisa pergi haji berkat panen jelai atau hanjeli.
Bergeliatnya pasar hanjeli atau jelai atau jali-jali di Sumedang boleh jadi fenomena gunung es yang hanya menunjukkan bagian kecil saja. Para ahli bahkan menyebut Nusantara sebagai kawasan mega diversity karena Indonesia memiliki potensi lokal yang sangat kaya dan berlimpah sehingga tugas kita mengolah dan mengembangkannya secara produktif. Sentuhan zakat di Wado Sumedang terbukti mampu menyulap potensi lokal menjadi bisnis agroindustri yang mendatangkan keuntungan finansial demi mewujudkan kesejahteraan para mustahik.
Tukang angkut batu jadi petani kopi
Potensi lokal yang tak kalah fenomenal adalah kopi. Ya, siapa yang tak kenal biji ajaib ini. Kita tentu tak menampik adanya fakta bahwa sebuah ritel kopi raksa menguasai pangsa pasar yang besar di seluruh dunia. Kedai dan warung kopi terus bermunculan di berbagai sudut kota di Indonesia. Kopi tubruk atau kopi susu, sama-sama menjanjikan keuntungan yang nyata. Apalagi fenomena kehidupan serbadigital saat ini mendorong orang bekerja mobile di kafe-kafe yang kian membuat kopi menemukan momentum menjadi industri yang gurih ditekuni.
Di antara pelaku usaha itu, ada seorang petani bernama Samsinar. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengangkut batu dan kayu bakar sementara sang suami berprofesi sebagai pedagang ayam. Demi memperbaiki kondisi ekonomi, pada tahun 2014 mereka pun memutuskan menjadi petani kopi. Langkah mereka rupanya tak mulus begitu saja. Mereka harus rela dicemooh oleh tetangga dan warga sekitar lantaran dianggap terlalu nekat membuka lahan seluas seperempat hektar untuk ditanami kopi.
"Hidup saja masih seperti itu (susah) tapi berani buka ladang kopi seluas itu. Pasti tidak akan sanggup."
Namun Samsinar dan keluarga menanggapinya dengan berdoa agar usahanya berhasil sehingga akan ditiru oleh orang-orang di sekitar. Ia setulusnya berharap agar warga setempat yang hidupnya dulu susah menjadi sejahtera berkat tanaman kopi yang akan mereka tanam.
Begitulah, ia dan suaminya terus giat menggarap lahan dan merawat kopi mereka di Nagari Sirukam, Kabupaten Solok, Sumatera Barat yang memang memiliki menyimpan potensi alam berlimpah. Salah satunya kopi Arabica Solok yang ternyata mampu menjadi komoditas unggulan dengan peminat yang selalu mengincarnya. Ia dan suami bertekad untuk menangkap peluang itu dengan terus mengembangkan usaha meskipun belum banyak masyarakat sekitar akan potensi tersebut.
Gayung pun bersambut ketika tahun 2019 Dompet Dhuafa dengan dukungan penuh dari para donatur menggulirkan program pemberdayaan untuk Kelompok Tani Sirubuih Indah Nan Jaya yang beranggotakan 25 orang. Samsinar dan suaminya beruntung menjadi salah satu penerima manfaat program tersebut. Fasilitas yang diberikan mulai dari penyediaan bibit kopi hingga tempat pengolahan pascapanen. Para petani yang tergabung juga mendapat pendampingan, pembinaan, pemasaran, hingga pengolahan limbah menjadi pupuk kompos.
30 ton kopi per bulan untuk dieskpor
Buah kerja keras mereka pun terbayar dengan kegembiraan luar biasa. Lahan yaang dikelola Samsinar kini mencapai 2,5 hektar yang semula hanya 0,25 hektar. Dengan total 2.500 batang kopi, setiap 15 hari mereka mampu memanen rata-rata 200-300 kg. Untuk pemasaran, mereka tak perlu risau sebab Pasar Koperasi Solok Radjo bisa menampung sekitar 30 ton per bulan untuk diekspor ke sejumlah negara asing seperti Jepang, Amerika, dan Thailand.
Dari Samsinar dan Bu Jojoh kita belajar tentang arti impian dan keuletan. Setiap pilihan mengandung pilihan, termasuk dicemooh orang yang belum bisa membaca peluang. Kisah mereka juga menunjukkan pentingnya optimisme, bahwa dana zakat yang terkumpul bisa dikelola dan didistribusikan untuk memberdayakan masyarakat.
Zakat bukan melulu menjadi dana yang habis sekali pakai, tetapi menjadi modal produktif untuk membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Sebagaimana telah terbukti di Wado Sumedang dan Nagari Sirukam, zakat bisa mendorong peningkatan ekonomi khazanah lokal menjadi produk yang menguntungkan sehingga kebahagiaan bisa menular lewat manfaat luas baik bagi muzakki maupun mustahik.
Bank syariah membangun langkah
Dengan dukungan sektor keuangan seperti Bank Syariah, maka usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan mampu Tumbuh Seimbang Berkelanjutan dengan kinerja yang memuaskan karena dimonitor berbagai stakeholder yang ingin Indonesia mengalami kemajuan.
Tumbuh harus menjadi nilai yang diutamakan agar usaha bergerak dari kecil menuju progres yang diharapkan. Keseimbangan perlu diwujudkan lewat kolaborasi yang membuat usaha cepat melesat dengan mengedepankan sisi keberlanjutan baik dari segi profit maupun kepedulian bagi majunya produk-produk kerakyatan.
Nah, sobat doers, sekarang kalau mendengar lagu "Si Jali-jali" khas Betawi, jangan cuma ingat kerak telor ya. Jangan lupakan jelai atau hanjeli yang kaya manfaat dan potensi ekonomi sebagaimana disebutkan dalam lagu bahwa jali-jali memang enak sekali, bisa bikin senang hati. Apalagi ditambah secangkir kopi, aduhai sedap sekali.